Jakarta

Tuesday, December 25, 2012

DIBALIK SEBUAH UCAPAN

Hari ini tanggal 25 Desember, dimana pada hari ini semua umat Kristiani merayakan hari besar keagamaan mereka yaitu Natal. Bersamaan dengan itu, dikalangan masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam muncul suatu polemik yang muncul dari 2 kubu, yaitu pihak yang mengharamkan mengucapkan selamat Natal itu haram dan ada pihak yang mengucapkan selamat natal itu sebagai wujud toleransi antar umat beragama.

Mengenai hal tersebut, aku punya pemikiran sendiri. Menurut aku semua balik lagi ke pribadi masing-masing, kalo memang yakin ucapan itu tidak menyalahi ajaran agamamu, maka ucapkan lah. Tapi bila kamu yakin bahwa ucapan itu menyalahi ajaran agamamu, maka janganlah diucapkan. Dan 1 lagi, jika kamu ragu-ragu sebaiknya jangan diucapkan. Karena Islam itu sesungguhnya adalah Rahmatul Lil'alamin.

Akupun sesungguhnya ragu atas fatwa haram itu, karena didalam Al Qur'an pun tidak ada ayat yang langsung berbicara mengenai hal itu. Maka karena keraguan itulah, aku memilih diam dan tidak mengucapkan ucapan itu. Aku hanya akan mengucapkan kata "selamat" saja kepada teman-temanku yang merayakan, kalo memang aku berada pd situasi yang hrs mengucapkan. Karena selamat yang aku maksud bisa selamat pagi, siang dan malam atau bisa selamat tahun baru. Aku rasa mereka akan mengerti atas keyakinan dari ajaran agamaku, seperti halnya mereka yang pasti ingin dimengerti atas ajaran agama mereka. Ya.. agamamu adalah agamamu, agamaku adalah agamaku. Kita punya keyakinan sendiri-sendiri atas ajaran agama masing-masing.

Nah sesungguhnya inilah yang dimaksud saling menghargai antar umat beragama. Dan seperti teman" ku umat Kristiani bilang Natal itu kan utk merayakan hari lahir anak Tuhan mereka, jadi bukan anak Tuhan Aku Allah SWT. Karena sdh jelas dalam kitab suci agamaku yaitu Al Qur'an Allah SWT itu adalah Maha Pencipta Alam Semesta beserta isinya. Allah SWT tidak mempunyai istri dan anak. Pernyataan dan bantahan Allah SWT ttg anakNya itu, ada di QS Al Jin :3, QS Al An'am:101 dan QS Yunus : 68. Hingga aku sudah pasti tidak perlu ikut merayakannya, karena Tuhanku sendirilah yang membantahnya.

Demikian buah pemikiranku. Semoga kita semua bisa saling menghargai apa yg sudah menjadi keyakinan kita masing-masing. Mohon maaf apabila ada yang tidak berkenan atas pemikiranku.

No comments:

Post a Comment