Jakarta

Saturday, September 21, 2013

JILBAB ITU HIJAB

Hari ini, di salah satu postingan seorang teman di salah satu social media, aku terlibat suatu obrolan tentang wanita berjilbab. Berdasarkan kejadian yang dia lihat di suatu tempat. Ada seorang anak remaja yang berjilbab, sedang bertengkar dan menampar pacarnya di pinggir jalan, yang notabene tempat umum dan menyiram pacarnya itu dengan es kelapa dalam plastik. Es kelapa itu juga mengenai seorang ibu yang kebetulan ada di dekat pacarnya itu. Aku pun berkata "aduuh, malu-maluin jilbab" tapi temanku bilang, " gak gitu juga sih, kan tidak semua yang pakai jilbab lebih baik dari yang tidak pakai jilbab, walaupun seharusnya demikian". 

Dan aku pun mengeluarkan buah pikiranku "nah, justru karena seharusnya, jilbab itu hijab. Perempuan yang berjilbab harus sadar, bahwa ada hijab yang harus dipertanggungjawabkan sebelum ia berbicara dan bersikap, jangan sampai prilaku dan perkataannya merusak nama baik jilbab itu sendiri". Karena menurutku jilbab itu suci, tapi terkadang wanita yang memakai jilbab itu yang merusak citra jilbab itu sendiri. Aku sendiri bukan orang yang lebih baik dari orang lain, dan belum sepenuhnya berjilbab karena di rumah aku blm berjilbab, kalo mau ke luar rumah aja aku memakai jilbab, tapi aku berusaha untuk tidak merusak citra jilbab dan agamaku, serta citra diriku sendiri dan keluargaku tentunya.

Kerena bukan hanya sekali, aku mendengar teman yang membicarakan wanita berjilbab yang mereka sering temui di suatu tempat, menurut mereka prilaku dan tutur kata nya tidak seharusnya dilakukan oleh wanita berjilbab. "Waktu gw di kereta ya, ada cewek yang dengan nyinyirnya sedang ngomongin oranglain sama temennya, mending suara nya kecil, sudah suaranya kenceng banget trus sambil ketawa ngakak. Gw liatin aja, eh ternyata orang" di sekita gw juga lagi pada liatin mereka. Ya iyalah mereka pada diliatin, pake jilbab kok kelakuannya kayak gitu sih" dengan jelas aku mendengarnya. Aku memang sedang pake earphone, dan juga berada di ruangan yang sama saat temanku membicarakan wanita berjilbab itu, jadi mungkin dia kira aku tidak mendengarnya. Padahal aku tidak membiasakan putar musik keras-keras saat pake earphone, agar kesehatan gendang telingaku terjaga.


Kata-kata temanku itu merupakan peringatan keras untuk aku agar bisa menjaga sikap dan tutur kata.
Hal ini lah yang pernah aku takutkan, dan perlu waktu 2 tahun untuk benar-benar memantapkan hati untuk berjilbab. Selang waktu 2 tahun dari rasa ingin berjilbab karena semata-mata aku merasa belum siap dan takut. Aku takut belum bisa bawa nama baik jilbab, aku takut belum bisa menjaga sikap, prilaku dan tutur kata ku. Karena aku beranggapan wanita yang berjilbab harus lebih baik dari orang yang belum berjilbab. Harusnya sudah lebih tau hukum agama dan ilmu agama.


Tapi seorang senior aku di kantor lama yang sudah berjilbab lebih dulu, meyakinkan aku "justru jilbab yang secara perlahan akan membuat kamu lebih baik dari mereka. Karena rasa malu kamu akan timbul dengan sendirinya, jika kamu meninggalkan sholat, puasa atau kamu berprilaku buruk dan berbicara dengan buruk. Itu perlu proses, tidak instan. Tapi proses menuju lebih baik kita lebih cepat dari mereka yang belum berjilbab, jadi kita selangkah lebih baik" jelasnya panjang lebar.

Dan aku setuju dengannya, akhirnya akhir oktober 2011, aku memantapkan diri dengan Bismillah untuk berjilbab dengan tujuan agar menjadi manusia yang lebih baik. Insya اَللّهُ dengan berjilbab, aku mempunyai hijab terhadap hal-hal yang tidak bagus. Dengan berjilbab, dengan sendirinya aku sudah menyeleksi calon imam ku. Karena pria yang mendekati hanya untuk nafsu, biasanya tidak suka dengan wanita berjilbab, karena di anggap tidak menarik dan kampungan. Dengan berjilbab, aku mempunyai hijab agar dapat selalu menjaga nama baik agama, keluarga, almamater dan tentu diriku sendiri, aamiin..
Jkt, 21 sept'13, 22:09, renungan sblm tidur

No comments:

Post a Comment