Jakarta

Sunday, October 13, 2013

TELUR CEPLOK

Menjadi pasangan suami istri adalah komitmen seumur hidup. Menerima apa adanya masing-masing individu. Menerima segala kekurangan,  juga menghargai apapun yang dihidangkan oleh pasangan kita, walau apa pun hasil hasilnya, termasuk telor ceplok buatan nya.

Yang namanya telor ceplok, garam akan ditaburkan di atas telur ceplok yang sedang di goreng di atas wajan. Resiko garam akan tertabur tidak merata pasti ada dan sangat besar. Beda dengan telur dadar. Garam akan di taburkan saat telur dikocok lebih dahulu sebelum di goreng. Kemungkinan untuk tidak merata nya garam pasti lebih kecil.

Boleh saja complain, apabila ternyata telor ceplok yang di buat oleh pasangan garamnya tidak merata alias hanya asin di tengah nya, tapi mungkin di lain waktu lebih bagus daripada ketika masih di meja makan. Dan ketika di tanya "complain tapi kok habis juga?" Menurut ku tidak perlu lah di jawab "kalo makanan habis dimakan bukan berarti gak ada apa-apa makanannya, sayang aja kalo gak di makan" hadeeeeh bukankah kalimat itu bisa membuat pasangan nya sedih yah. Mungkin saja ketika pasangannya membuat telur ceplok itu dalam keadaan ngantuk atau cape, lalu demi pasangannya dia tetap membuatkan telur ceplok, eeh tiba-tiba dengar kalimat itu, pasti agak sedih.

Betuuul,  complain itu untuk koreksi, tapi menurutku, lebih bagus disampaikan pada saat yang tepat, misalnya pada saat santai sambil nonton tv, dan di sampaikan dengan di selingi gurauan.

Jakarta, 13 okt'13, 9.00, I don't like telur ceplok

No comments:

Post a Comment