Jakarta

Tuesday, October 29, 2013

(MASIH) JADI GADIS KECIL KESAYANGAN BAPAK

Weekend lalu, adik dan adik iparku pindah ke rumah di sebelah rumah Orangtua ku, atau bisa dikatakan pavilliun rumah kami.

Aku dan mama berniat menyiapkan beberapa hidangan sederhana. Sambil memasak kami ngobrol macam-macam, termasuk senangnya mama kumpul lagi dengan anak-anaknya, bahkan tambah 1 anak.

Di tengah pembicaraan kami, aku memberanikan diri bertanya pada mama, "naaah kan di rumah sekarang ada Dadan dan Iis nih ma, jadi sekarang aku boleh ya ambil kerjaan yang di Kebon Jeruk dan kos dekat kantor? Karena ternyata tawaran nya masih berlaku, aku kan juga sekarang jadi gak khawatir juga ninggalin Mama dan Bapak" ucap ku mengakhiri pertanyaan. "Ini gimana sih, yang satu ngedeketin, eeh yang satu lagi mana mau jauh, sama aja bohong dong" jawab Mama sambil cemberut. "Apa Mama mesti cerita lagi kejadian waktu itu saat Bapakmu nangis?" Lanjutnya dengan raut wajah yang sedih.


Aku jadi teringat ketika beberapa bulan yang lalu aku bercerita tentang adanya tawaran dari sebuah perusahaan iklan ternama di daerah kebun jeruk - Jakarta Barat. Karena lokasi yang lumayan jauh, aku berniat untuk kos saja di dekat kantornya. Tapi kedua Orangtua ku melarang, dengan alasan nanti makannya gimana? Kalo sakit gimana? Kalo cape gimana? Dan banyak lagi pertanyaan yang intinya melarang aku keluar dari rumah sebelum aku menikah. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat ku jawab dengan alasan "aku bukan anak kecil lagi, bisa urus itu semua, jangan khawatir".


Tapi ketika beberapa hari kemudian aku tanyakan lagi jawaban boleh tidaknya aku kos, jawaban Mama kali ini membuat aku tak berkutik, dan akhirnya pasrah dan ikhlas untuk melepas tawaran itu. "Teteh tega ninggalin kami berdua? Kalo tiba-tiba kami sakit bagaimana? Siapa yang merawat kami lagi? Kalo tengah malam jantung atau asma Bapak kambuh gimana? Sebetulnya bukan hanya Mama yang berat, besok pagi nya ketika malam Teteh minta izin kos, Bapak bilang "bilangin anaknya ma, rayu biar gak kos, kalo Teteh keluar dari rumah karena dibawa suaminya Bapak gak masalah, ada yang tanggungjawab. Tapi kalo sendirian kos jauh dari rumah, Bapak gak mau, gak tega, karena bagi Bapak Teteh tetep jadi gadis kecilnya Bapak. Pokoknya Bapak gak ikhlas...trus kalo ada apa-apa sama Bapak, Bapak ingin anak-anak ada deket Bapak. Dan Bapak bilang begitu sambil nangis teh, berarti kan memang bener Bapak gak mau Teteh kos, sebenarnya seorang ayah itu di depan anaknya terlihat tidak khawatir, padahal dibelakang beliau khawatir. kalo teteh pulang malam, bapak yg cerewet minta mama telepon teteh, tanya sudah di mana" ucap Mama di akhir ceritanya.


Yaaah... Memang, sudah sebesar apapun anaknya, orangtua pasti akan tetep menyanyangi anak-anaknya tanpa pamrih.

Akhirnya aku pun memutuskan untuk tidak lagi menghiraukan tawaran itu. Karena aku tidak akan melakukan sesuatu tanpa ikhlas dan ridho kedua orangtua. Karena Ridho orang tua adalah ridho nya Allah SWT.


Jakarta, 29 okt'13, 21:52, akhirnya bisa nulis lagi, setelah 2 hari tepar...reaksi obat mulai bekerja, ngantuuuukkk...

No comments:

Post a Comment