Jakarta

Thursday, October 3, 2013

TEMAN KU MALANG, TEMAN KU SAYANG

Pagi tadi ketika bangun tidur, seperti biasa aku cek semua ponsel... Tiba-tiba ada pesan dari seorang teman yang isi nya sungguh mengagetkan dan membuat prihatin, mau pinjam uang.. "Gak biasa-biasanya nih, padahal jarang komunikasi" tanya ku dalam hati. Kemudian dia menceritakan alasan kenapa dia sampai meminjam uang, sungguh mengagetkan dan menyedihkan. Karena aku tidak bisa memenuhi semua keinginannya, aku berjanji untuk sedikit membantu, tapi tidak bisa memberi pinjaman sebanyak yang dia butuhkan. Akhirnya kami janjian untuk bertemu di kantorku.

Tepat pukul 9.12 pagi, ada pesan masuk di ponsel putihku. Ternyata teman ku sudah sampai di depan kantor ku. Akhirnya aku turun menuju lobby. Kulihat temanku sudah menunggu ku di luar depan gedung. Walau sudah lama tidak bertemu, aku sangat mengenalinya, walau dia terlihat sangat kurus. Aku melihat raut kesedihan di wajahnya, bahkan seperti ingin menangis ketika aku memeluknya.

Setelah kami berada di ruang meeting kecil, dan dia telah meminum seteguk air putih dingin yang kusuguhi, teman ku itu berbicara dengan terbata-bata. Aku melihat air matanya akan keluar, aku usap lengannya sambil berkata "sudah, kalo belum sanggup cerita jangan cerita dulu, nanti aja kalo sudah agak tenang". Aku yang kemudian berbicara hal lain untuk mengalihkan, "sorry, tadi akhirnya gue naik dulu, sarapan dulu, habis lapar banget" Kemudian dia menjawab, "gak papa, gue malah 2 hari belum makan yun". Aku kaget, dan bertanya "kok bisa? ada apa sebenarnya, kenapa bisa separah ini?" Setelah dia dia meneguk berkali-kali minuman di depannya, akhirnya dia agak lancar bercerita.

Ternyata dia sedang dalam proses perceraian, dan dia dipisahkan dengan ketiga anaknya. Suaminya meninggalkannya, pergi bersama wanita lain. Sambil berlinang airmata dia berkata "Gue gak nyangka akan seperti ini, suami gue bukan orang yang suka main perempuan, kalo berjudi memang iya, dia memang suka berjudi" Duuh..aku paling gak bisa lihat orang menangis, karena nanti aku juga bisa nangis. Tapi sekuat tenaga aku tahan airmata ini, jangan sampai jatuh, aku ingin membuat temanku kuat. "Dan yang lebih parah, ketiga anak gue dibawa suami gue yun. Dia gak lagi memberikan nafkah lahir batin dari 5 bulan yang lalu. Kalo nafkah batin gue gak masalah, tapi nafkah lahir yang gue butuhin untuk anak-anak. Dan baru minggu lalu anak-anak di ambil suami gue, tapi gue mau ambil bayi gue, karena dia masih minum asi" 

Seingat ku dia bekerja, akhirnya aku menanyakan tentang pekerjaannya "bukannya lo kerja yah, kok lo bisa sampai 2 hari gak makan?" Teman ku menjawab sambil mengusap airmata "Sebelum gue melahirkan, gue resign karena gue mau fokus urus rumah tangga dan anak-anak. Gue gak pernah mengira akan ada kejadian seperti ini. Gue bingung yun, gue gak fokus untuk ngapa-ngapain. Ada seorang teman yang menawarkan kerjaan juga sih. Gue mau selesaikan sidang cerai dulu, karena gue mau perjuangkan hak asuh anak-anak. Gue yakin gue menang, karena suami gue selingkuh dan dia juga gak kerja."

Hmm..aku menarik nafas, agar oksigen masuk ke otakku, dan dapat berfikir jernih dan tidak emosi terhadap suaminya itu. "Ya ampuunn..laki-laki itu yah, sudah gak punya pekerjaan, suka berjudi, sekarang malah ninggalin istrinya karena perempuan lain" ucapku dalam hati.

"Ya sudah, sekarang fokus selesaikan urusan perceraian, semoga berhasil mendapat hak asuh anak, minimal si Baby. Nanti kalo sudah selesai, lo harus kerja, harus bisa lanjutkan hidup. Karena dengan bekerja, juga dapat mengalihkan pikiran dari masalah perceraian itu" nasihat ku kapadanya. "Tapi keluarga gimana?" tanya ku kepadanya. "lebih baik lo tinggal sama keluarga aja, keluarga pasti akan merangkul lo" lanjut ku meyakinkannya, karena saat ini dia tinggal di salahsatu rumah temannya yang lain. Diluar dugaan dia menolak "gue sudah cerita ke keluarga gue, tapi nyokap gue malah bilang, gak papa, namanya juga laki-laki, mereka kan bisa punya istri lebih dari satu, gue sedih dengernya" Weeeww...aku takjub denger komentar ibunya.

Dalam hidup, kita memang akan dihadapkan pada suatu pilihan yang sulit. Walau memang perceraian di benci Allah SWT, tapi kalo aku menghadapi kenyataan seperti yang di alami temanku itu (Naudzubillahiminzalik, amit-amit..jangan sampe deh *ketok"meja) aku juga akan mengambil jalan bercerai. Aku termasuk wanita yang tidak suka poligami, walaupun aku tidak suka, aku tidak akan menghalangi jika suami ku kelak akan berpoligami, tapi dengan catatan, salahsatu istrinya itu bukan aku.


Jakarta, 3 Oktober'13, 13:50, semoga temanku selalu diberi kesabaran dan dapat melewati cobaannya dengan ikhlas, aamiin

No comments:

Post a Comment